Header Ads

ads

Kerajinan Gedebok Butuh Kemitraan

Pohon pisang, bagi kebanyakan orang hanya dimanfaatkan buah dan daun. Pelepah atau batang atau gedebok hanya dibiarkan membusuk dan menjadi tumpukan sampah atau menjadi limbah. Namun bagi warga Desa Bulusulur, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri limbah tersebut ibarat mutiara yang bisa mendatangkan uang.

Berbekal pelatihan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Diperidagkop dan UMKM) Wonogiri, keahlian warga desa itu diasah. Keterampilan pun dimiliki oleh warga yang hanya berjarak satu hingga dua kilometer dari pusat pemerintahan. Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM) dibentuk untuk menjadi wadah para “ahli” gedebok tersebut.

Menurut tokoh masyarakat Bulusulur, Tugimin, KSM diberi nama “Ngudi Rejeki” dengan spesialis membuat kerajinan “D-Bhogz”. Menurutnya, penamaan “D-Bhogz” agar lebih mudah diingat semua orang sesuai bahan baku. Hasil karya berbahan baku gedebok atau pelepah pisang itu baru berjalan dua bulan. “Pasar masih terbatas di wilayah Wonogiri sambil mencari-cari peluang ke pasar luar daerah,” ujarnya saat ditemui Solopos.com akhir pekan kemarin.

Untuk memperlancar pangsa pasar, anggota kelompok tersebut membawa hasil kerajinan di ajang pameran produk unggulan yang diadakan Pemkab Wonogiri di Gedung Giri Cahaya, Wonogiri belum lama ini. Menurutnya, sebagian hasil kerajinan KSM “Ngudi Rejeki” dilempar ke Jogja maupun Wonogiri. “Ada 15 orang yang mampu membuat kerajinan berbahan gedebok bercampur rotan. Mereka semua telah mendapat pelatihan.”

Aneka kerajinan tampak d stan pameran, seperti karpet, lukisan, parcel, keranjang pakaian kotor maupun pot bunga. Harganya pun variatif tergantung ukuran. Karpet berdiameter 50 sentimeter hingga 150 cm dipatok harga antara Rp50.000 hingga Rp150.000/biji. Keranjang pakaian dibanderol Rp65.000-Rp85.000/biji, parcel atau tempat buah dan baki lamaran antara Rp17.500-Rp22.000/biji. Sedangkan pot bunga dihargai Rp10.000/biji dan tas senilai Rp40.000 hingga Rp65.000/biji.

Dijelaskan oleh Tugimin, bahan baku gedebok bisa dicukupi dari Wonogiri sedangkan rotan diambil dari Sukaharjo. “Warga ingin mengolah limbah menjadi rupiah. Selain itu sumber daya manusia juga terlatih sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan. Cuma, kami berharap Pemkab memfasilitasi pemasaran. Paling tidak mempertemukan pemilik modal dengan KSM.”

Berapa lama membuat kerajinan itu? Tugimin menyatakan tergantung kerajinan yang dibuat namun berkisar satu hingga dua hari. Bahkan, ujarnya, seorang perajin bisa membuat tempat buah sebanyak 10 buah/hari sedangkan keranjang pakaian sehari hanya mampu diproduksi dua buah per perajin.

“Semua bahan jadi, sudah diberi pelapis agar tak mudah rusak apabila terkena air. Gedebok-gedebok dijemur dan dibuat lelesan atau semacam tali sebelum dimanfaatkan menjadi aneka kerajinan.”

Diakui oleh Tugimin, kerajinan berbahan gedebok masih awam di mata masyarakat. Di sisi lain Camat Wonogiri, Slamet Sudibyo menaruh apresiasi terhadap kreatifitas warganya. Dia berharap dari pameran bisa terjalin komunikasi dengan investor. “Pasar mancanegara ternyata juga menyambut baik produk kerajinan gedebok pisangnya.”

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh merrymoonmary. Diberdayakan oleh Blogger.